RCM Menurut SAE JA1011:
Menurut SAE JA1011, Reliability-Centered Maintenance (RCM) didefinisikan sebagai:
"A process used to determine the maintenance requirements of any physical asset in its operating context." atau dalam bahasa indonesia artinya "Suatu proses yang digunakan untuk menentukan persyaratan pemeliharaan aset fisik apa pun dalam konteks pengoperasiannya"
Apa itu SAE?
SAE (Society of Automotive Engineers) merupakan pedoman atau standar yang terkait dengan pemeliharaan dan keandalan, termasuk untuk konsep Reliability-Centered Maintenance (RCM). Salah satu standar yang relevan adalah SAE JA1011 "Evaluation Criteria for Reliability-Centered Maintenance (RCM) Processes".
Poin Penting:
Proses:
- RCM dianggap sebagai suatu proses. Ini menekankan bahwa RCM bukan hanya satu kali analisis tetapi suatu pendekatan berkelanjutan untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan.
Menentukan Kebutuhan Pemeliharaan:
- Tujuan utama RCM adalah untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan dari setiap aset fisik. Hal ini mencakup pemahaman konteks operasional aset tersebut.
Aset Fisik:
- RCM berfokus pada aset fisik, yang dapat mencakup berbagai hal seperti peralatan, sistem, atau struktur yang memiliki relevansi dalam konteks operasionalnya.
Konteks Operasional:
- Pentingnya konteks operasional menunjukkan bahwa kebutuhan pemeliharaan tidak dapat ditentukan secara terpisah dari cara aset digunakan dalam operasional sehari-hari.
Standar SAE JA1011 memberikan panduan yang lebih rinci tentang implementasi RCM, termasuk kriteria evaluasi, langkah-langkah proses, dan elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan dalam menerapkan RCM. RCM bertujuan untuk memastikan bahwa pemeliharaan dilakukan secara efisien dan efektif, dengan fokus pada keandalan aset dan pemenuhan tujuan operasional.
Asset Menurut ISO 55000:
Menurut ISO 55000:2014, "aset" didefinisikan sebagai "sesuatu yang memiliki nilai atau potensi nilai untuk organisasi."
Poin Penting:
Nilai atau Potensi Nilai:
- Aset dapat berupa properti fisik, keuangan, atau non-fisik lainnya yang memiliki nilai atau memiliki potensi untuk memberikan nilai kepada organisasi.
Relevansi Kontek Organisasi:
- Definisi tersebut menekankan pada relevansi aset terhadap tujuan dan kebutuhan organisasi. Apa pun yang dapat memberikan nilai atau mendukung pencapaian tujuan dapat dianggap sebagai aset.
ISO 55000 sering digunakan oleh organisasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem manajemen aset yang efektif. Standar ini melibatkan siklus hidup aset dari perencanaan hingga pembuangan, serta fokus pada pengoptimalan nilai aset dan pengurangan risiko yang terkait.
Asset Hierarchy (Hirarki Aset) merupakan suatu bentuk rujukan pada struktur organisasi atau klasifikasi yang digunakan untuk mengatur dan menyusun aset dalam suatu sistem atau organisasi. Hirarki ini membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang berbagai tingkatan dan keterkaitan antar aset, yang sangat penting dalam manajemen aset.
Berikut adalah beberapa poin kunci yang terkait dengan konsep Asset Hierarchy:
Organisasi dan Struktur:
- Asset Hierarchy menggambarkan cara aset diorganisir dalam suatu sistem. Ini dapat mencakup berbagai tingkatan, mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat terendah.
Klasifikasi Aset:
- Aset dibagi ke dalam kategori atau kelas tertentu berdasarkan fungsi, lokasi, atau atribut lainnya. Hal ini membantu dalam mengelompokkan aset yang memiliki karakteristik atau tanggung jawab serupa.
Hierarki Tingkatan:
- Aset Hierarchy menciptakan hierarki yang terdiri dari tingkatan atau level. Tingkatan ini mencerminkan tingkat detail atau tingkat abstraksi dari aset, mulai dari aset induk hingga sub-aset atau komponen.
Manajemen Aset:
- Struktur hierarkis membantu dalam manajemen aset dengan memberikan pandangan yang terorganisir terhadap semua aset yang dimiliki oleh organisasi. Ini mempermudah identifikasi, pemantauan, dan perawatan aset secara efisien.
Pemeliharaan dan Penggantian:
- Asset Hierarchy membantu dalam perencanaan pemeliharaan dan penggantian aset. Aset yang kritis atau lebih tinggi dalam hierarki mungkin memerlukan perhatian khusus dan perencanaan yang cermat.
Integrasi dengan Sistem Manajemen:
- Struktur hierarkis ini sering diintegrasikan dengan sistem manajemen aset atau perangkat lunak Enterprise Asset Management (EAM) untuk pemantauan dan pelaporan yang lebih baik.
Contoh sederhana Asset Hierarchy dapat mencakup tingkatan seperti:
Level 1:
- Aset Pabrik
Level 2:
- Mesin Produksi
- Perangkat Elektronik
Level 3:
- Mesin Pemotong
- Komputer Kontrol Produksi
Dengan menggunakan Asset Hierarchy, organisasi dapat dengan lebih baik mengelola, memahami, dan merencanakan pemeliharaan serta pengelolaan aset mereka. Dan output dari proses Asset Hierarchy adalah dokumen atau list berupa "Asset Register".
Asset Register, atau daftar aset, memiliki banyak manfaat dalam konteks manajemen aset. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari Asset Register:
1. Pelacakan dan Identifikasi:
- Asset Register memungkinkan organisasi untuk melacak dan mengidentifikasi semua aset yang dimilikinya. Ini mencakup informasi seperti jenis aset, lokasi fisik, nomor seri, dan atribut lainnya yang membantu dalam pengenalan yang akurat.
2. Pemeliharaan Preventif:
- Dengan Asset Register, organisasi dapat merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan preventif dengan lebih efektif. Informasi mengenai siklus hidup aset dan jadwal pemeliharaan dapat diintegrasikan ke dalam register untuk meminimalkan risiko kegagalan dan meningkatkan keandalan.
3. Pengelolaan Siklus Hidup Aset:
- Asset Register membantu dalam mengelola siklus hidup aset, termasuk fase perencanaan, akuisisi, operasi, pemeliharaan, hingga pembuangan. Hal ini memungkinkan perencanaan strategis untuk perbaikan dan penggantian aset.
4. Alokasi Biaya dan Anggaran:
- Daftar aset membantu dalam alokasi biaya dan perencanaan anggaran. Organisasi dapat melihat investasi aset, biaya pemeliharaan, dan mengoptimalkan pengeluaran berdasarkan prioritas dan kebutuhan bisnis.
5. Kepatuhan Regulasi:
- Untuk beberapa industri, terutama yang terkait dengan keamanan atau lingkungan, memiliki catatan yang akurat tentang aset merupakan persyaratan hukum. Asset Register membantu organisasi untuk mematuhi regulasi dan standar yang berlaku.
6. Perencanaan Kapasitas dan Utilisasi:
- Dengan mengetahui dengan pasti apa yang dimiliki oleh organisasi, manajemen dapat merencanakan kapasitas dan mengoptimalkan utilisasi aset. Ini dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional.
7. Pengelolaan Risiko:
- Asset Register membantu dalam mengidentifikasi aset yang kritis dan menilai risiko terkait. Ini memungkinkan organisasi untuk mengembangkan strategi mitigasi risiko yang efektif.
8. Pemantauan Kesehatan Aset (Asset Wellness):
- Organisasi dapat menggunakan Asset Register untuk memantau dan menganalisis kesehatan aset dari waktu ke waktu. Ini membantu dalam mengidentifikasi potensi masalah atau kebutuhan perbaikan.
9. Perencanaan Keselamatan:
- Dengan mengetahui keadaan aset, organisasi dapat merencanakan tindakan keselamatan yang sesuai untuk melindungi pekerja, lingkungan, dan aset itu sendiri.
Penerapan dan pemeliharaan yang baik dari Asset Register dapat memberikan manfaat signifikan dalam pengelolaan aset yang efektif dan efisien bagi suatu organisasi.
Asset Functional Coding (Kode Fungsional Aset), dengan merujuk pada standar NORSOK-Z-DP-002. Konsep-konsepnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hirarki Pabrik (Plant Hierarchy):
- Penjelasan:Hirarki Pabrik mengacu pada organisasi atau klasifikasi struktural dari komponen-komponen dalam suatu pabrik atau fasilitas. Hirarki ini biasanya mencakup tingkatan seperti sistem, subsistem, unit, dan item, memberikan pandangan yang jelas dan terorganisir terhadap struktur pabrik.
2. Kode Fungsional Aset (Asset Coding Functional Coding):
- Penjelasan:Kode Fungsional Aset melibatkan penugasan kode pada aset berdasarkan fungsi-fungsi mereka dalam pabrik. Dalam konteks standar NORSOK-Z-DP-002, tampaknya mengikuti sistem di mana pengkodean terdiri dari identifikasi sistem, subsistem, unit, dan item. Jenis pengkodean ini membantu dalam mengidentifikasi dan mengategorikan aset secara unik untuk manajemen dan pemeliharaan yang efektif.
3. Identifikasi Sistem, Subsistem, Unit, dan Item:
- Penjelasan:Sistem pengkodean melibatkan pembagian struktur pabrik menjadi komponen-komponen yang dapat diidentifikasi:
- Sistem: Tingkatan tertinggi dari organisasi, mewakili divisi fungsional utama dalam pabrik.
- Subsistem: Pembagian dalam suatu sistem, mewakili tingkat fungsi yang lebih rinci.
- Unit: Pembagian lebih lanjut dalam suatu subsistem, seringkali mewakili peralatan khusus atau unit fungsional.
- Item: Tingkatan identifikasi terendah, menentukan komponen atau bagian individual dalam sebuah unit.
4. Pengelompokan dalam Fungsi Sistem dan Item:
- Penjelasan:Pengkodean fungsional melibatkan pengelompokan aset berdasarkan fungsi-fungsi mereka. Pengelompokan ini dapat terjadi pada tingkat sistem, mewakili fungsi-fungsi besar, dan pada tingkat item, menentukan fungsi atau komponen secara rinci.
5. NORSOK-Z-DP-002:
- Penjelasan:NORSOK-Z-DP-002 adalah standar yang kemungkinan memberikan panduan atau persyaratan untuk pengkodean dan identifikasi sistem, subsistem, unit, dan item dalam konteks hirarki pabrik dan pengkodean fungsional.
Secara keseluruhan, konsep-konsep ini menunjukkan pendekatan sistematis untuk mengorganisir dan mengkode aset dalam suatu pabrik, memfasilitasi manajemen, pemeliharaan, dan identifikasi yang efisien berdasarkan fungsi-fungsinya.
Asset register pada rotating equipment yang mengacu pada standar NORSOK-Z-DP-002. Jika diberikan contoh maka elemen-elemen yang dapat dimasukkan dalam asset register sebagai berikut :
Contoh Asset Register untuk Rotating Equipment (Menggunakan NORSOK-Z-DP-002):
Nama Peralatan:
- Contoh: Pompa Sentrifugal A-101.
Nomor Identifikasi Unik (Asset ID):
- Contoh: RE-101-PMP-001.
Lokasi Fungsional:
- Contoh: Ruang Pompa Utama di Area Proses A.
Deskripsi:
- Contoh: Pompa sentrifugal untuk memompa cairan pendingin.
Merk/Model:
- Contoh: ABC Model XYZ-2000.
Nomor Seri:
- Contoh: SN-123456.
Tanggal Instalasi:
- Contoh: 01 Januari 2020.
Spesifikasi Teknis:
- Contoh: Kapasitas: 500 GPM, Tekanan: 100 psi.
Siklus Pemeliharaan Preventif:
- Contoh: Pemeriksaan bulanan, perawatan tahunan.
Pemilik atau Departemen:
- Contoh: Departemen Produksi.
Data Proses Terkait:
- Contoh: Flow rate yang dihandle, jenis fluida yang dipompa.
Dokumentasi dan Sertifikat:
- Contoh: Manual operasional, sertifikat uji coba.
Kondisi Saat Ini:
- Contoh: Operasional, Perlu Pemeliharaan.
Status Keamanan:
- Contoh: Aman, Memenuhi Standar Keselamatan.
Anggaran dan Biaya Pemeliharaan:
- Contoh: Biaya perawatan tahunan, alokasi anggaran.
Riwayat Perawatan:
- Contoh: Catatan pemeliharaan prevensif dan korektif sebelumnya.
Catatan Perbaikan atau Modifikasi:
- Contoh: Catatan perbaikan akibat kegagalan sistem.
Siklus Hidup dan Prediksi Penggantian:
- Contoh: Siklus hidup perkiraan 10 tahun, perlu direvisi pada tahun 2025.
Catatan Pemantauan Kesehatan Aset:
- Contoh: Catatan kondisi dan performa terakhir.
Referensi Terkait Standar NORSOK-Z-DP-002:
- Contoh: Menyertakan referensi ke bagian spesifik dari standar yang mendukung penanganan dan pemeliharaan rotating equipment.
Dengan membuat asset register yang komprehensif untuk rotating equipment sesuai dengan standar NORSOK-Z-DP-002, organisasi dapat mengoptimalkan kinerja peralatan, meminimalkan risiko kegagalan, dan memastikan pemeliharaan yang efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar